Kberita.com, Jakarta – Kurs Rupiah (Rp) atas Dollar Amerika Serikat (USD) kini mengalami penurunan hingga di atas Rp 16.300/ uSD.
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menyebut bahwa pelemahan rupiah ini bukan disebabkan terjadinya konflik di Timur Tengah yang melibatkan Iran dan Israil beberapa waktu terakhir.
Menurutnya, pelemahan rupiah lebih disebabkanadanya beberapa faktor musiman. Faktor tersebut diantaranya peningkatan permintaan dari sektor riil.
Berdasarkan analisanya, saat persiapan Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu lalu, banyak pengusaha bersiap membeli bahan baku untuk kebutuhan produksi.
Pembelian bahan baku itu dilakukan untuk memenuhi produksi saat Idul Fitri yang memang lebih banyak dibanding waktu-waktu lainnya.
Bahan-bahan baku itu kebanyak dibeli dari luar negeri, alias impor. Akibatknya, kebutuhan Dollar As untuk pembelian itu meningkat yang membuat rupuah tertekan.
“Jadi ada kebutuhan impor, juga meningkat,” ujar Jahja pada saat konferensi pers kinerja BCA Kuartal I-2024, Sabtu (27/4).
Selain itu, ia menyebut faktor lain yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah aksi penarikan modal dari investor luar negeri dari saham dan obligasi di pasar modal RI. Kemudian, musim pembagian dividen di kuartal I-2024 yang sebagian besar mengalir ke luar untuk para investor asing yang merupakan pemilik perusahaan di Indonesia.
“Jadi ada masalah supply dan demand,” terang Jahja.
Dalam hal ini, ia membenarkan Bank Indonesia (BI) yang belum memberikan intervensi terhadap pelemahan rupiah.
“Memang kalau lagi ada kebutuhan riil yang meningkat tidak boleh diintervensi. Saya pikir itu akan seperti membuang garam ke laut,” kata Jahja.
Namun, ia berharap ketika kebutuhan dolar sudah menurun, bank sentral bisa menstabilisasi kembali kurs dolar agar bisa kembali di bawah Rp16.000.