Beranda Bisnis Tidak Ingin Bergantung Pada Impor, Pemerintah Akan Hapus LPG

Tidak Ingin Bergantung Pada Impor, Pemerintah Akan Hapus LPG

Siap-Siap Pemerintah Bakal Ganti LPG dengan Ini
Siap-Siap Pemerintah Bakal Ganti LPG dengan Ini

Kberita.com, Jakarta – Masyarakat Indonesia nantinya tidak akan lagi sibuk membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk memasak. Pemerintah sudah menyiapkan penggantinya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kini sedang menyiapkan jaringan gas (jargas) rumah tangga. Jargas ini mengantarkan gas untuk memasak langsung ke rumah warga.

Jargas sebenarnya sudah lumrah di negara-nega maju. Masyarakat bisa menikmati gas seperti halnya air dan listrik yang mempunyai jaringan hingga ke rumah-rumah.

Masyarakat cukup menyediakan kompor gas yang langsung bisa disambung ke jaringan gas yang sudah tersedia di rumah. Hal ini memudahkan ibu rumah tangga, sebab tidak perlu lalu membeli LPG ke warung. Apalagi LPG sering kali langka.

Namun tentu saja hal ini membuat khawatir warga karena takut jaringan gas ke rumah malah memudahkan terjadinya kebakaran. Hal ini menjadi PR pemerintah untuk meyakinkan rumah tangga Indonesia agar bisa menerima Jargas da terbiasa dengan pola baru tersebut.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan bahwa saat ini Indonesia sangat bergantung pada LPG impor. Hal ini mengganggu neraca perdagangan ndonesia.

Ia yakin penggunakan Jargas akan membuat impor LPG akan menurun.

bisa menggantikan peran Liquefied Petroleum Gas (LPG). Dengan pemakaian Jargas, kegiatan impor LPG dipastikan bisa menurun.

“Jargas itu bisa gantiin impor LPG. Kalau nggak kan makanya devisa kita habis semua. Sedangkan kan kita produksi gasnya akan banyak,” jelas Arifin kepada media di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Guna menyukseskan program ini, Kementerian ESDM terus memaksimalkan pembangunan infrastruktur jargas dalam negeri. Nantinya program ini tidak hanya untuk rumah tangga, namun juga industri.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan gas bumi merupakan salah satu sumber energi andalan di era transisi energi, khususnya untuk bisa mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 mendatang.

Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur terintegrasi untuk bisa menyalurkan gas dari area sumber gas hingga ke area penerimanya di seluruh Indonesia.

“Gas pun akan kita sambungkan, Alhamdulillah memang secara waktu ini pas kita sekarang banyak menemukan gas yang baru, ladang gas yang baru. Jadi gas secara emisi juga jauh lebih baik dibandingkan batu bara,” ungkap Dadan dalam acara Rembuk Nasional Transisi Energi, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Dadan mengatakan, infrastruktur pipa gas sepanjang Sumatera dan integrasi Sumatera-Jawa menjadi kunci penyaluran gas domestik. Hal itu dilakukan untuk menyalurkan potensi gas bumi dari Wilayah Kerja Agung dan Andaman, Aceh, sehingga gas dari ujung Sumatera tersebut bisa dimanfaatkan di Jawa dan daerah lain di Sumatera.

Dadan mengatakan, manfaat pembangunan infrastruktur jaringan gas yakni tidak lain untuk bisa mendukung harga gas lebih terjangkau dengan biaya angkut atau Toll Fee lebih murah.

“Untuk memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik, komersil, dan rumah tangga,” ucapnya.

Dalam paparannya, Dadan menyebut bahwa saat ini sudah terbangun infrastruktur jaringan pipa gas Cisem (Cirebon-Semarang) tahap 1 dengan investasi Rp 1,13 triliun. Saat ini jaringan Cisem tahap 2 tahun 2024 ini membutuhkan investasi Rp 1,33 triliun dan untuk tahun 2025 membutuhkan investasi Rp 2,01 triliun.

Selain itu, dia membeberkan bahwa program Jargas untuk rumah tangga yang berasal dari Cisem dan Dusem (Dumai-Sei Mangkei) bisa mengurangi subsidi LPG 3 kg hingga Rp 0,63 triliun per tahun.

“Dan hemat devisa impor LPG Rp 1,08 triliun per tahun. Penghematan biaya masak Rp 0,16 triliun per tahun,” tandasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini