Kberita.com, Jakarta – Harga emas di pasar dunia dalam tren naik dan bahkan mencetak rekor tertinggi.
Emas kembali cetak rekor harga tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) pada Kamis (21/3). Penguatan harga emas ini terjadi seiring melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).
“Ada banyak sentimen yang mendorong kenaikan atau penurunan harga emas, namun yang paling besar korelasinya biasanya ada pada kebijakan moneter Amerika, dalam hal menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga,” kata Arinda dikutip dari Kontan.co.id, Kamis (21/3).
Namun, apabila tingkat suku bunga The Fed turun, maka permintaan dolar AS akan turun dan pelaku pasar cenderung memilih emas dalam berinvestasi daripada dolar AS. Arinda memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terjadi di bulan Juni 2024.
Selain itu, The Fed juga masih memproyeksikan akan menurunkan tingkat suku bunga dengan rentang 4,5%-5%. Tidak hanya kebijakan moneter, namun tensi geopolitik juga menurutnya tetap perlu diperhatikan.
Di mana adanya peperangan antara Rusia-Ukraina serta Israel-Hamas menyebabkan ketidakpastian pasar dan dapat memicu naiknya harga emas.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat menilai harga emas disebabkan pelemahan dolar indeks dan imbal hasil treasury menurun karena melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) seperti factory orders yang turun 3,6% MoM di Januari 2024.
“Kemudian ada faktor lainnya dimana para investor memiliki ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve AS akan melakukan penurunan suku bunga di semester II-2024,” kata Khaer, Kamis (14/3).
Namun, apabila tingkat suku bunga The Fed turun, maka permintaan dolar AS akan turun dan pelaku pasar cenderung memilih emas dalam berinvestasi daripada dolar AS. Arinda memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terjadi di bulan Juni 2024.
Selain itu, The Fed juga masih memproyeksikan akan menurunkan tingkat suku bunga dengan rentang 4,5%-5%. Tidak hanya kebijakan moneter, namun tensi geopolitik juga menurutnya tetap perlu diperhatikan.
Di mana adanya peperangan antara Rusia-Ukraina serta Israel-Hamas menyebabkan ketidakpastian pasar dan dapat memicu naiknya harga emas.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat menilai harga emas disebabkan pelemahan dolar indeks dan imbal hasil treasury menurun karena melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) seperti factory orders yang turun 3,6% MoM di Januari 2024.
“Kemudian ada faktor lainnya dimana para investor memiliki ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve AS akan melakukan penurunan suku bunga di semester II-2024,” kata Khaer kepada Kontan.co.id, Kamis (14/3).
Selain itu, karena emas merupakan komoditas aset lindung nilai, maka ketidakpastian dari pemilu AS di tahun ini, termasuk peningkatan tensi geopolitik global, seperti di Eropa Timur dan Timur Tengah juga turut mendorong penguatan komoditas ini.
Hal ini kemudian berdampak positif pada emiten emiten produsen emas dalam negeri seperti saham ANTM yang menanjak 4,68% pada 5 hari perdagangan terakhir, selain itu MDKA di pekan lalu juga berhasil ditutup menguat 3,95%, begitu juga dengan emiten emas lainnya.
“Kami sendiri masih melihat bahwa di semester I-2024 komoditas emas masih memiliki potensi penguatan yang cukup tinggi di mana didorong oleh sentimen geopolitik yang masih tinggi serta, kebijakan suku bunga AS,” kata Khaer.