Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami lonjakan impor beras hingga 93% atau setara 880,82 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 564,61 juta.
“Ini mengalami lonjakan baik secara volume maupun nilai (144,63%) jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2023,” ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar dalam konferensi pers.
Dia juga menyampaikan, pada Januari – Februari 2024, Indonesia mengimpor beras paling banyak dari Thailand dengan porsi 59,11% atau . Kemudian disusul Pakistan dengan total 17,82%, dan Myanmar 14,34%.
Selain beras, Amalia mengungkapkan peningkatan impor pangan juga terjadi pada gula dan bawang putih. Volumenya masing-masing mencapai 828,42 ribu ton dan 8,52 ribu ton, dengan nilai US$ 508,86 juta dan US$ 11,64 juta pada Januari-Februari 2024.
“Untuk komoditas gula dan bawang putih pada Februari 2024 juga meningkat dibandingkan bulan sebelumnya maupun bulan yang sama tahun lalu,” ujar Winny.
Tercatat impor gula utamanya berasal dari Thailand dengan share 53,96%, Brasil 27,56% dan India 0,96%. Sementara itu impor bawang putih utamanya berasal dari Tiongkok dengan share 98,86%, India 0,53% dan Amerika Serikat 0,52%.
Komentar Menteri Perdagangan
Menurut Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan di hadapan DPR RI, El Nino menjadi penyebab utama mundurnya panen raya. Panen yang dijadwalkan Januari-Februari meleset hingga kemungkinan baru terjadi pada Mei – Juni.
Musim tanamnya bergeser, jadi harusnya kita Januari-Februari sudah panen raya, nah ini panen rayanya mundur kira-kira sekarang sudah tapi belum masuk panen raya kemungkinan April dan Mei jadi panen rayanya April dan Mei,” tutur Zulkifli.
Menipisnya stok beras lokal membuat pemerintah melakukan langkah cepat pemenuhan kebutuhan beras melalui impor. Zulkifli juga mengakui impor beras menjadi bagian untuk menstabilkan harga beras lokal.