Kberita.com, Jakarta – Warga Kota Milan Italia akan sulit mengkonsumsi dua makanan favorit mereka, es krim dan pizza, lewat tengah malam.
Hal ini seiring dengan rencana Wakil Walikota Bidang Keamanan, Marco Granelli melarang melarang penjualan es krim dan pizza lewat tengah malam.
Kebijakan ini akan diterapkan untuk menjaga ketenangan di 12 distrik tersibuk di Milan. Sehingga warga Milan bisa merasakan ketenangan dibanding sebelumnya.
“Tujuan kami adalah mencari keseimbangan antara keramahan dan hiburan serta kedamaian dan kesehatan bagi warga. Kami percaya pada kota yang hidup, di mana generasi muda dan tua memiliki ruang yang dapat mereka nimati bersama,” kata Grenelli di media sosialnya.
Penjual es krim dan pizza dinilai turut menyumbangkan kebisingan di tengah malam. Sehingga bisa mengganggung warga warga. Padahal mereka membutuhkan ketenangan setelah seharian bekerja.
Apalagi Kota Milan memang seakan tidak pernah berhenti dari keramaian, mengingat Milan merupakan salah satu kota terbesar di Italia.
Namun upaya menerapkan kebijakan tersebut tidak akan mudah. Saat ini banyak orang yang melakukan kritik, karena dinilai pembatasan tersebut tidak sesuai dengan tradisi dan budaya Milan
Brera, kawasan seni kota, dan Garibaldi, yang terkenal dengan gerai perbelanjaan kelas atas, termasuk di antara 12 distrik di kota yang diperkirakan akan diawasi oleh peraturan baru ini.
Larangan tersebut juga akan berlaku di area-area seperti Nolo, Lazzaretto, Melzo, Isola, Sarpi, Via Cesariano, Arco della Pace, Como-GaeAulenti, Porta Gribaldi, Brera, Ticinese, dan Darsena-Navigli.
Bisa didenda karena membeli pizza. Bagi sebagian orang, tindakan keras ini merupakan langkah yang berlebihan. Marco Barbieri, sekretaris jenderal asosiasi pengecer Italia cabang Milan, Confcommercio, mengatakan kepada CNN bahwa larangan tersebut bertentangan dengan akal sehat.
“Jika sebuah keluarga Italia pergi makan pizza dan ingin berjalan-jalan setelahnya serta menikmati gelato, mereka akan didenda berdasarkan peraturan ini,” katanya.
Ia mengakui bahwa beberapa warga merasa terganggu oleh kebisingan, namun menurutnya masih ada ruang untuk kompromi, seperti membiarkan taman dan ruang lain tetap terbuka lebih lama.
“Milan punya banyak kawasan yang cocok untuk ‘movida’ (pesta) yang tidak mengganggu warga. Kawasan ini perlu dibuka lebih lama, bukan ditutup lebih awal,” ujarnya.
Barbieri juga menilai tengah malam masih terlalu dini untuk menghentikan penjualan. Dia mengatakan bahwa sebagian besar anak muda di Milan bahkan tidak berpikir untuk pergi makan malam sebelum jam 10 malam, terutama pada musim panas.
Tinggalkan Balasan