Sejak Oktober 2023, Israel melancarkan agresi militernya ke wilayah Gaza dengan dalih memerangi Hamas. Aksi genosida tersebut masih berlangsung hingga saat ini, di mana warga Gaza sedang memasuki bulan suci Ramadhan yang ditetapkan otoritas setempat jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024.
Hingga saat ini, setidaknya 31.045 warga Palestina telah terbunuh dan 72.654 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. PM Israel, Benjamin Netanyahu belum memiliki niat untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, ia bahkan menolak proposal gencatan senjata yang diusung Biden dan mengklaim mendapat dukungan mayoritas warga Israel untuk melanjutkan serangan.
Pagi tadi, Kantor Berita Lokal Wafa melaporkan Israel melakukan serangan ke Tenda Pengungsian di Tulkarem dan Nur Syam West Bank. Mereka menghancurkan infrastruktur serta menyerang warga sipil Palestina. Israel menempatkan 25 kendaraan dan 4 buldozer di beberapa jalan di Tulkarem.
Selain mengalami bombardir dari Israel, warga Gaza saat ini juga mengalami kelaparan akibat pasokan bantuan makanan sulit masuk dihadang oleh Israel.
Mengutip Al Jazeera, The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) melaporkan telah terjadi kelaparan dimana-mana di Gaza sejak awal Ramadhan, Mereka juga menegaskan agar Israel segera melakukan gencatan senjata sepanjang bulan suci Ramadhan.
Warga Gaza Khawatir Serangan Akan Meningkat di Bulan Ramadhan
Pada tahun ini, warga Palestina terpaksa menyambut bulan suci tanpa persiapan, mereka hanya berdoa agar segera terjadi gencatan senjata.
“Kami tak melakukan persiapan apa pun untuk menyambut Ramadhan, karena kami telah berpuasa selama lima bulan,” ujar Maha warga Gaza seperti dikutip CNN.
Setiap Ramadhan, Israel seringkali melakukan provokasi terhadap warga Palestina, seperti dengan melakukan serangan serta membatasi pengunjung Masjid Al Aqsha. Selain itu, tentara Israel dan pasukan sayap kanan juga tak segan-segan menyerang warga yang sedang beribadah di Masjid Suci ketiga umat Islam tersebut.
“Saya sangat khawatir dengan kemungkinan provokasi,” kata Munir Nuseibah, seorang pengacara hak asasi manusia Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur.
“Kami belajar dari masa lalu bahwa semakin banyak kehadiran polisi dan intervensi polisi di Yerusalem Timur selama Ramadhan, semakin banyak kita akan melihat konfrontasi [kekerasan].”
Tinggalkan Balasan