Saat kita melihat ke langit pada malam hari, kita akan melihat bahwa luas angkasa terlihat gelap meskipun Matahari tetap bersinar. Mengapa langit luar angkasa gelap? Mengapa malam hari di luar angkasa terasa gelap meskipun ada miliaran bintang yang bersinar?
Pertanyaan ini, yang dikenal sebagai paradoks Olbers, merupakan misteri tentang mengapa langit malam terasa gelap meskipun alam semesta dipenuhi dengan bintang-bintang yang bersinar. Astronom Jerman Heinrich Olbers mengusulkan bahwa jika ada materi di ruang antarbintang seperti awan debu, maka materi tersebut akan menyerap cahaya, menjelaskan mengapa langit tetap gelap.
Namun, hukum pertama termodinamika meragukan hipotesis ini. Menurut hukum ini, materi di ruang antarbintang yang menyerap cahaya akan memancarkan panas dan akhirnya cahaya itu sendiri.
Pada abad ke-20, paradoks Olbers berhasil dipecahkan. Penemuan ini menunjukkan bahwa alam semesta terus berkembang, menyebabkan cahaya dari galaksi yang menjauh berubah menjadi spektrum inframerah, ultraviolet, dan gelombang radio, yang tidak terlihat oleh mata manusia. Ini berarti bahwa, kecuali jika kita dapat mendeteksi gelombang mikro, seluruh ruang angkasa akan tampak bersinar.
Jawaban yang lebih tepat, seperti yang dikutip dari Orbital Today oleh detikINET, Minggu (5/5/2024), terletak pada atmosfer. Ketika cahaya memasuki ruang angkasa yang hampir kosong, seperti ruang hampa dengan sedikit gas dan debu kosmik, cahaya tidak memiliki objek untuk memantulkannya. Namun, Bumi terang karena cahaya matahari dipantulkan oleh atmosfer kita.
Cahaya bergerak lurus sampai bertemu dengan suatu objek, dan saat memantul dari objek tersebut, atmosfer menyebabkan ‘hamburan’ dalam spektrum cahaya yang terlihat oleh mata manusia. Ketika Bumi berputar, sisi yang tidak terkena sinar matahari menjadi gelap, yang kita kenal sebagai malam. Pada siang hari, interaksi foton dengan atom, molekul, dan debu atmosfer menyebabkan hamburan cahaya.
Sebagian besar atmosfer Bumi menyebarkan cahaya biru karena panjang gelombangnya lebih pendek daripada cahaya merah, yang menyebabkan penyebaran lebih luas di atmosfer. Inilah sebabnya langit pada siang hari tampak berwarna biru.
Meskipun atmosfer Mars lebih tipis sekitar 100 kali dari Bumi, masih cukup untuk membuat langitnya terlihat biru keabu-abuan pada siang hari. Ketika angin Mars membawa awan debu dari permukaan, langitnya menjadi lebih tipis dan berubah warna menjadi kemerahan.
Namun, jika kita berada di planet atau satelit tanpa atmosfer atau atmosfer sangat tipis seperti Bulan atau Merkurius, langit akan terlihat hitam pada siang dan malam hari. Foto-foto dari pesawat luar angkasa Apollo di Bulan menunjukkan bahwa langit di sana tetap berwarna hitam, bahkan saat terkena sinar matahari yang cerah.